Walisongo Penyebar Ajaran Setan Perusak Islam dan Nusantara
Sungguh bangsa ini terlalu bodoh untuk
mengetahui mana yang benar dan mana yang tidak. Keengganannya belajar
atau meneliti sumber referensi atau argumentasi suatu permasalahan
membuatnya senantiasa terjebak kepada pembodohan demi pembodohan. Sampai
hari ini bangsa yang rakyatnya demikian banyak ini akhirnya telah jatuh
kafir tanpa mereka sendiri menyadarinya, hal itu diakibatkan ajaran
'Islam' (tanda kutip) yang mereka yakini berasal dari Wali Dungu yang
dipuja puja oleh orang stres yang kemudian dikenal dengan sebutan
Walisongo. Mari kita merunut kembali trik-trik istimewa yang dibawakan
oleh 9 orang yang dianggap sakti atau memiliki karomah tersebut. Anehnya
ke 9 orang Wali sakti tersebut tidak pernah menuliskan kitab keilmuan
tentang Islam yang berdasarkan pada Quran dan Hadits yang shahih, namun
justru berbuat aneh. Contohnya ketika Sunan Kalijaga masuk Islam, dia
tidak diwajibkan shalat malah disuruh nungguin tongkat hingga tubuhnya
dipenuhi tanaman merambat. Ini adalah suatu kekafiran atau suatu
pelecehan terhadap Islam. Islam tidak mengajarkan hal seperti yang
dilakukan para Wali sesat tersebut sama sekali. Sayangnya orang orang
dungu terlanjur mencintai Wali setan itu sampai dengan saat ini. Mari
kita mulai teliti beberapa intrik berdasarkan sejarah yang autentik
mengenai perkembangan Islan di negeri ini dahulu kala.
Satu dari 20 orang Jawa mengisap candu,
tulis pakar candu Henri Louis Charles Te Mechelen tahun 1882, seperti
yang tercantum dalam buku Opium To Java karya James R.Rush.
Kebiasaan mengisap candu bukan hanya terjadi di tanah Jawa, tetapi juga
di sejumlah wilayah koloni Eropa di Asia, tulis Te Mechelen yang waktu
itu menjabat sebagai Inspektur Kepala Regi Opium dan Asisten Residen
Yuwana di wilayah Jawa Tengah masa kini. Penikmat candu tersebar di
berbagai kalangan dan meluas di Jawa khususnya Jawa Tengah dan Jawa
Timur. Pada papan atas, candu dikonsumsi sebagai gaya hidup, disuguhkan
sebagai tanda kehormatan bagi tetamu di rumah para bangsawan Jawa dan
China, tetapi kelompok masyarakat lain juga menjadi pecandu, meskipun
kebanyakan mengonsumsi candu kualitas rendah.
Menurut sejarawan Melayu, Aswandi
Syahri, perdagangan candu di Kota Tanjung Pinang memang dilegalkan
dengan pengawasan Pemerintah Hindia Belanda pada akhir abad ke-19. Candu
diperdagangkan untuk memenuhi kebutuhan orang-orang China di Tanjung
Pinang waktu itu. Akan tetapi, perdagangan candu di Kota Tanjung Pinang
sebenarnya sudah lama terjadi. Itu dapat dilihat dari sejarah perang
kerajaan Riau yang dipimpin Raja Haji FisabiliLLAAH (maaf setelah ini
saya tidak menempatkan asma ALLAH dibelakang nama raja satu ini )
(1783-1785). Penyulut perang itu adalah masalah candu.
Aswandi menjelaskan, Februari 1782 di
perairan Tanjung Pinang, datang kapal Inggris, yaitu Betsy. Kapal itu
membawa barang-barang perdagangan, termasuk 1.154 peti berisi candu.
Kapal itu kemudian dibajak oleh pembajak dengan kapal La Sainte Therese
yang dinakhodai Mathurin Barbaron, nakhoda asal Perancis. Kapal Inggris
Betsy, lanjut Aswandi, kemudian dibawa oleh Mathurin ke Malaka yang
dikuasai VOC. Raja Haji Fisabili yang mengetahui kejadian itu meminta
pemerintah VOC di Malaka membagi hasil rampasan dari kapal yang dibajak
oleh nakhoda asal Perancis itu.
Akan tetapi, pemerintah VOC di Malaka
tidak ingin membagi hasil rampasan itu. Situasi memanas sehingga pasukan
VOC dari Malaka menyerang Kota Tanjung Pinang yang waktu itu berada di
bawah pemerintahan Raja Haji Fisabili. Kapal besar VOC yang bersandar di
perairan Tanjung Pinang ditembak oleh pasukan Raja Haji Fisabili pada 6
Januari 1784. Ini kemudian dijadikan sebagai tanggal kelahiran Kota
Tanjung Pinang.
Patut dicatat dalam hal ini khusus
mengenai perdagangan candu, hal yang harus dilakukan terlebih dahulu
sebelum memperdagangakan ini, para bandar membentuk lebih dahulu para
pemakai aktifnya, yang tentu semua itu harus didahului dengan memberikan
candu secara gratis kepada calon pemakai hingga dia ketagihan, dan yang
pasti hal itu terjadi jauh sebelum perdagangan candu sudah berhasil
sukses pada sekitar abad XVI. Hingga pada abad XVIII, para pengusaha
dari etnis Tionghoa semakin berjaya melalui perdagangan candu dari China
dan Benggala yang diangkut dengan kapal-kapal dagang China. Kemudian
candu-candu itu diselundupkan dengan perahu-perahu nelayan menyusuri
Sungai Lasem dan masuk melalui kanal-kanal atau gorong-gorong air menuju
rumah-rumah pengusaha candu.
Perdagangan tersebut semakin
mengembangkan pecinan, pergudangan, dan kawasan produksi, pengusaha
Tionghoa, baik di sebelah barat maupun timur sungai. Namun, sekarang
keriuhan perdagangan tak lagi terdengar dan kelihatan. Bangunan-bangunan
perpaduan arsitektur China-Eropa di sekitar Sungai Lasem banyak yang
hancur atau tidak terawat. Para pedagang China itu mementuk jaringan
dagang dengan bekerjasama dengan penguasa pribumi, dan sesama pedagang
China melalui perkawinan. Pola kawin politik ini memungkinkan hubungan
ekonomi menjadi sebuah hubungan politik yang mendukung langgengnya
bisnis orang-orang China di Jawa.
Tak heran, jika pada masa peperangan dan
perebutan kekuasaan raja-raja di Jawa, banyak diantara
bangsawan-bangsawan keturunan China ikut terlibat dalam berbagai
perseteruan politik. Salah satu faktor kesuksesan pedagang China
terutama dalam mengelola bisnis candu di Hindia Belanda karena jaringan
dagang yang luas, seluas kekuasaan kompeni Hindia Belanda itu sendiri.
Jaringan perdagangannya meliputi kawasan regional, interegional, dan
antarpulau. Perkembangan konsumsi candu telah menyertai perkembangan
imperium perdagangan orang-orang China. Selain itu para pedagang China
di pesisir utara Jawa Timur pandai menangkap kesempatan dan fasilitas
yang diberikan oleh VOC berupa lisensi berdagang opium, maupun fasilitas
dan perlindungan dari penguasa pribumi. Selanjutnya mereka juga
membangun hubungan dagang dengan sesama etnis China untuk memperkokoh
ikatan diantara mereka sendiri.
Infiltrasi VOC ke pesisir utara Jawa Timur, telah melibatkan para pedagang China sebagai jalan keluar, selain kekuatan militer, untuk mengatasi kesulitan perdagangan Kompeni Hindia Belanda di sana. Kompeni lebih memilih berpartner dengan para pedagang China karena kepiawaiannya dalam hal berdagang secara koleksi ataupun distribusi. Dengan membentuk jaringan dagang dengan orang-orang China di pesisir, Kompeni semakin memperlancar dominasi perdagangan di wilayah Jawa Timur meliputi Tuban, Gresik, Surabaya, Pasuruan, Probolinggo, Besuki, Panarukan, dan Madura Barat (Bangkalan, Sampang, Pamekasan).
Infiltrasi VOC ke pesisir utara Jawa Timur, telah melibatkan para pedagang China sebagai jalan keluar, selain kekuatan militer, untuk mengatasi kesulitan perdagangan Kompeni Hindia Belanda di sana. Kompeni lebih memilih berpartner dengan para pedagang China karena kepiawaiannya dalam hal berdagang secara koleksi ataupun distribusi. Dengan membentuk jaringan dagang dengan orang-orang China di pesisir, Kompeni semakin memperlancar dominasi perdagangan di wilayah Jawa Timur meliputi Tuban, Gresik, Surabaya, Pasuruan, Probolinggo, Besuki, Panarukan, dan Madura Barat (Bangkalan, Sampang, Pamekasan).
Belanda melalui Kompeni Belanda di
Hindia Timur (Vereenigde Ost Indische Companie/ VOC) pada 1677
mendapatkan perjanjian dengan raja Jawa ketika itu, Amangkurat II untuk
memasukkan candu ke Mataram dan memonopoli perdagangan candu di seluruh
negeri. Perjanjian serupa juga disusul di Cirebon setahun kemudian.
Sejak tahun 1619-1799 VOC bisa memasukkan 56.000 kg opium mentah setiap
tahun ke Jawa. Dan pada 1820 tercatat ada 372 pemegang lisensi untuk
menjual opium.
Berikut adalah beberapa riwayat yang
seharusnya membantu menyadarkan umat akan adanya perbedaan antara ulama
yang benar dan palsu. Kebanyakan dari ulama yang benar pada hari ini,
tidak lain berada di dalam tahanan atau di barisan depan pada medan
pertempuran.
'Abdullah Ibnu 'Abbas berkata bahwa
Rasulullah ShallAllahu 'Alaihi Wasallam, bersabda yang artinya: "Akan
ada penguasa yang kamu kenal dari mereka yang baik dan jahat. Siapa saja
yang menentangnya akan selamat. Siapa saja yang berlepas diri darinya
akan selamat. Dan siapa saja yang bersama dengan mereka akan binasa."
(Dikoleksi oleh Ibnu Abi Syaibah dan At-Tabarani; Al-Al Bany dalam
"Shahih Al-Jaami'", Hadits No. 3661)
Maka sudah sepantasnyalah kita bertanya,
ada tujuan apa kok Walisongo dibudayakan sebagai penyebar Islam di
Indonesia, walau kenyataan ilmiahnya tidak seperti itu. Ada apa dibalik
pembunuhan Syaikh Siti Jenar yang bukan Wali dari China? Anehnya betapa
para Wali tersebut dalam dakwaan terhadap Siti Jenar berdasarkan
pemahaman Syari'at padahal selama ini tidak ada ajaran atau buku
bernuansakan Syari'at peninggalan mereka? Ada apa dengan kisah tentang
para Wali yang semuanya bernilai takhayul mistis dengan budaya candu
yang membuat orang malas hingga Belanda bisa menjajah negeri ini
sebegitu lama. Ada apa juga kedekatan para Wali itu dengan penguasa
ketika itu padahal Islam melarang ulama untuk mendekati penguasa
sebagaimana dijelaskan berikut ini.
Abul A'war As-Sulami berkata bahwa Rasulullah, bersabda yang artinya: "Hati-hati terhadap pintu-pintu penguasa; di sana ada kesukaran dan kehinaan." (Dikoleksi Oleh Ad-Dailamii dan At-Tabaraani; Al-Al Bany "As-Silsilah As-Shahiihah, Hadits 1253)Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah. Bersabda yang artinya: "Siapa saja yang mendekati pintu-pintu penguasa akan menderita. Siapa dari seorang hamba yang semakin mendekati penguasa, dia hanya memperbesar jarak dari ALLAH." (Dikoleksi oleh Ahmad; Al-Al Bany dalam "Sahiih at-Targhiib wat-Tarhiib", hadits no. 2241)Jaabir berkata bahwa Rasulullah bersabda, kepada Ka'ab Ibnu Ujrah, yang artinya: "Wahai Ka'ab Ibnu Ujrah, Aku mencari lindungan Allah untukmu dari kepemimpinan orang bodoh. Akan ada penguasa, siapa saja yang datang kepada mereka kemudian membantu mereka dalam kezaliman dan membenarkan kebohongan mereka, maka dia bukan dari golonganku dan aku bukan dari golongannya, dan tidak membantu mereka dalam kezaliman mereka, tidak juga membenarkan kebohongan mereka, maka dia dari golonganku dan aku dari golongannya, dia akan diizinkan menuju ke Haud (Dikoleksi oleh Ahmad, Al-Bazzar, Ibnu Hibban; Al-Al Bany dalam "Shahih At-Targhib wat Tarhib", Hadits No 2243)
Selain itu, ada berbagai riwayat dari
perkataan Shahabat, yang dalam hal ini As-Suyuti telah mengumpulkan dari
'Ali Abi Thalib, Ibnu Mas'ud, Hudzaifah Ibnu Al-Yaman, dan Abi Dzar,
riwayat yang memperingatkan mendekati penguasa atau pintu-pitu penguasa.
Lihatlah "Maa Rawahul Asaatiin Fii 'Adam Al Majii' Ilas Salaatin".
Ada begitu banyak dengan pengertian yang sama, berikut beberapa contoh:
Ibnu Mas'ud berkata: "Siapa saja yang menginginkan kemuliaan diennya, maka dia seharusnya tidak datang kepada penguasa." (dikoleksi oleh Ad-Daarimi)Ibnu Mas'ud juga berkata: "Seorang pria datang kepada penguasa, membawa diennya dengannya, maka pergi tanpa membawa apapun." (Dikoleksi oleh Al-Bukhari dalam "Taarikh"nya dan Ibnu Sa'ad dalam "At-Tabaqaat").Hudzaifah Ibnu Al-Yaman berkata: "Sungguh! Seharusnya tidak ada diantara kalian yang jalan walaupun satu hasta ke arah penguasa." (Dikoleksi oleh Ibnu Abii Syaibah)
Dia mengumpulkan dari ulama setelah
Salaf, riwayat yang sama dari Sufyan At-Tsauri, Sa'id Ibnu Al-Musayyib,
Hammad Ibnu Salamah, Al-Hasan Al-Basri, Ibnu Al-Mubarak, Abi Haazim,
Al-Awzaa'i dan Al-Fudhail Ibnu Al 'Iyaad.
Disini adalah beberapa contoh dari Ulama Salaf:
Sufyan At-Tsauri berkata: "Jangan pergi,
walaupun jika mereka memintamu untuk mengunjungi mereka hanya untuk
membacakan 'qul huwAllahu ahad'." (Dikoleksi oleh Al-Baihaqi)
Maalik Ibnu Anas berkata: "Aku bertemu
lebih dari 10 dan beberapa Taabi'in, semua dari mereka berkata, jangan
pergi kepada mereka, jangan menegur mereka, yang berat ke penguasa."
(Dikoleksi oleh Al-Khatib Al-Baghdaadi dalam "Ruwah Maalik").
Sufyan At-Tsauri berkata: "Memandang penguasa adalah sebuah dosa." (Dikoleksi oleh Abi Ali Al Aamudi dalam "Ta'liiq"nya)
Bisyr Al-Haafi berkata: "Betapa
menjijikkan apakah itu permohonan untuk melihat seorang ulama, tetapi
kemudian untuk mendapatkan jawaban bahwa dia berada di pintu penguasa"
(Dikoleksi oleh Al-Baihaqi dalam "Syu'ab Al-Imaan")
dxkfjgkdfhigosd
BalasHapus